Selasa, 06 Oktober 2009

Masalah Jangka Panjang yang Menghimpit Indonesia

Selain jangka pendek, Indonesia juga dihantui oleh masalah - masalah jangka panjang, diantaranya masalah pertumbuhan penduduk, pertambahan kapasitas produksi, dan ketersediaan dana investasi. Pemerintah berupaya untuk melakukan yang terbaik untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia di masa yang akan datang. Oleh sebab itu, berbagai upaya dan langkah antisipatif telah dan sedang dilakukan dari sekarang untuk mencegah hal - hal yang tidak diinginkan pada masa depan. Upaya tersebut dilakukan untuk jangka panjang.

Populasi manusia adalah ancaman terbesar dari masalah lingkungan hidup di Indonesia. Setiap orang memerlukan energi, lahan dan sumber daya yang besar untuk bertahan hidup. Kalau populasi bisa bertahan pada taraf yang ideal, maka keseimbangan antara lingkungan dan regenerasi populasi dapat tercapai. Tetapi kenyataannya adalah populasi bertumbuh lebih cepat dari kemampuan bumi dan lingkungan kita untuk memperbaiki sumber daya yang ada sehingga pada akhirnya kemampuan bumi akan terlampaui dan berimbas pada kualitas hidup manusia yang rendah.

Jakarta adalah sasaran dari pencari kerja dari pedesaan dimana dengan adanya modernisasi teknologi, rakyat pedesaan selalu dibombardir dengan kehidupan serba wah yang ada di kota besar sehingga semakin mendorong mereka meninggalkan kampungnya. Hal ini juga disebabkan karena lahan perumahan yang semakin sempit sehingga banyak orang tinggal di daerah Jabotabek yang menyebabkan semakin padatnya kota Jakarta.

Peningkatan kapasitas produksi juga diusahakan dan digalakkan oleh pemerintah untuk mengupayakan agar tingkat investasi masyarakat meningkat dan diiringi dengan tingkat konsumsi masyarakat yang naik dengan tujuan untuk dapat membiayai peningkatan kapasitas produksi dari tabungan masyarakat.

Kendala yang dihadapi dalam meningkatkan investasi pada dasarnya terletak pada bagaimana dana pihak ketiga yang dihimpun perbankan tersebut dialokasikan. Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi pengalokasian dana perbankan: (1) Faktor-faktor mendasar seperti tingkat pengembalian investasi, tingkat risiko, kepastian perpajakan dan tingkat likuiditas yang menentukan pilihan didalam melakukan investasi; (2) Terdapatnya kesenjangan deregulasi dan liberalisasi antara sektor finansial dengan sektor riil. Deregulasi dan liberalisasi sektor finansial berjalan lebih cepat dibandingkan sektor riil sehingga aliran dana investasi lebih deras masuk ke sektor finansial; (3) Terdapatnya mismatch antara jangka waktu kredit perbankan dengan jangka waktu investasi di sektor riil khususnya di bidang infrastruktur. Konsekuensinya, sejak krisis tahun 1998 pilihan investasi jatuh pada sektor finansial, sehingga investasi di sektor riil menjadi terkendala dan kurang menarik.

Sedikitnya terdapat 4 faktor utama yang menyebabkan perbankan lebih memilih investasi pada SBI dan SUN, yaitu:

  1. Tingkat pengembalian yang tinggi.
  2. Tingkat risiko yang rendah.
  3. Tingkat kepastian perpajakan.
  4. Tingkat likuiditas.

Fakta dari keempat faktor tersebut di atas dan fakta tentang posisi obligasi Pemerintah secara sinergis menjelaskan bahwa telah terjadi crowding out effect dalam memperebutkan dana investasi terhadap sektor riil. Selama sektor finansial memiliki keunggulan pada keempat faktor tersebut di atas, selama itu pula aliran dana investasi sebagian besar akan berputar di sektor finansial.

1 komentar:

  1. Memang kalau masalah tersebut tidak diantisipasi dari sekarang, akan membuat permasalahan yang tidak kunjung selesai, bahkan akan membuat Indonesia menjadi jauh lebih buruk daripada keadaan sekarang ini..
    Semoga hal itu tidak terjadi, dan pemerintah dapat cepat tanggap mengatasi masalah tersebut..

    BalasHapus