Sabtu, 31 Oktober 2009
Milikilah Gaya Hidup Seimbang!
Selasa, 06 Oktober 2009
Masalah Jangka Panjang yang Menghimpit Indonesia
Populasi manusia adalah ancaman terbesar dari masalah lingkungan hidup di Indonesia. Setiap orang memerlukan energi, lahan dan sumber daya yang besar untuk bertahan hidup. Kalau populasi bisa bertahan pada taraf yang ideal, maka keseimbangan antara lingkungan dan regenerasi populasi dapat tercapai. Tetapi kenyataannya adalah populasi bertumbuh lebih cepat dari kemampuan bumi dan lingkungan kita untuk memperbaiki sumber daya yang ada sehingga pada akhirnya kemampuan bumi akan terlampaui dan berimbas pada kualitas hidup manusia yang rendah.
Kendala yang dihadapi dalam meningkatkan investasi pada dasarnya terletak pada bagaimana dana pihak ketiga yang dihimpun perbankan tersebut dialokasikan. Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi pengalokasian dana perbankan: (1) Faktor-faktor mendasar seperti tingkat pengembalian investasi, tingkat risiko, kepastian perpajakan dan tingkat likuiditas yang menentukan pilihan didalam melakukan investasi; (2) Terdapatnya kesenjangan deregulasi dan liberalisasi antara sektor finansial dengan sektor riil. Deregulasi dan liberalisasi sektor finansial berjalan lebih cepat dibandingkan sektor riil sehingga aliran dana investasi lebih deras masuk ke sektor finansial; (3) Terdapatnya mismatch antara jangka waktu kredit perbankan dengan jangka waktu investasi di sektor riil khususnya di bidang infrastruktur. Konsekuensinya, sejak krisis tahun 1998 pilihan investasi jatuh pada sektor finansial, sehingga investasi di sektor riil menjadi terkendala dan kurang menarik.
Sedikitnya terdapat 4 faktor utama yang menyebabkan perbankan lebih memilih investasi pada SBI dan SUN, yaitu:
- Tingkat pengembalian yang tinggi.
- Tingkat risiko yang rendah.
- Tingkat kepastian perpajakan.
- Tingkat likuiditas.
Fakta dari keempat faktor tersebut di atas dan fakta tentang posisi obligasi Pemerintah secara sinergis menjelaskan bahwa telah terjadi crowding out effect dalam memperebutkan dana investasi terhadap sektor riil. Selama sektor finansial memiliki keunggulan pada keempat faktor tersebut di atas, selama itu pula aliran dana investasi sebagian besar akan berputar di sektor finansial.
Kamis, 01 Oktober 2009
Inflasi, pengangguran, dan ketimpangan neraca pembayaran
Banyaknya jumlah uang yang beredar di masyarakat dan naiknya harga - harga barang secara umum menjadi masalah yang cukup pelik yang membuat rakyat Indonesia semakin bingung menyiasatinya. Yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin, seperti itulah gambaran yang terjadi ketika masyarakat Indonesia merasakan masalah yang menimpa mereka. Akibatnya, mereka yang hidupnya berkekurangan semakin menderita. Mereka tidak lagi memikirkan orang lain yang serba mewah, tetapi bagaimana mereka menghidupi diri sendiri dan keluarga mereka.
Krisis tahun 1998 adalah puncaknya. Semakin parah ketika tidak adanya keseimbangan antara yang kaya dan yang miskin. Manusia menjadi semakin egois ketika mereka hanya memikirkan kesenangan pribadi mereka masing - masing. Masalah inilah yang menyebabkan pemerintah kesulitan untuk mengatasinya. Apalagi ketika banyaknya perusahaan yang tidak mampu mempekerjakan karyawan mereka, yang pada akhirnya perusahaan menjadi bangkrut. Dan, mereka yang tidak mempunyai kualitas yang sempurna tidak mampu bertahan dan terjadi pengangguran besar - besaran. Inilah masalah pelik yang terjadi di Indonesia.
Sepuluh tahun lebih ketika krisis keuangan itu lepas dari Indonesia, pemerintah masih terus berupaya untuk membawa Indonesia lebih baik lagi. Sebenarnya krisis itu belum benar - benar lepas dari bangsa kita, ketika masyarakat masih merasakan tekanan hidup dan penderitaan yang mereka alami sampai saat ini. Tetapi, bangsa kita seharusnya belajar dari pengalaman agar pemerintah bisa cepat tanggap untuk mengatasi masalah ini secepatnya dan masyarakat bisa merasakan kesejahteraan yang sampai detik ini belum bisa merasakannya dan masih merindukan hal itu.
Teori Ekonomi 1
1. Efek substitusi. Naiknya harga suatu produk akan mengakibatkan konsumen mencari substitusi yang harganya tidak naik. Misalnya saja, harga telur bebek naik, maka dapat diganti dengan telur ayam. (Produk substitusi adalah produk-produk yang memiliki fungsi sama/serupa).
2. Efek pendapatan. Apabila harga naik sementara pendapatan konsumen tidak berubah, maka daya beli riil konsumen tersebut berkurang.
Kuantitas yang diminta semua individu pada setiap tingkat harga dapat dijumlahkan untuk memperoleh permintaan pasar (market demand). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan pasar :
1. Rata-rata pendapatan konsumen. Apabila pendapatan naik, setiap orang akan cenderung mengkonsumsi lebih/membeli lebih banyak barang meskipun harga barang tidak berubah.
2. Ukuran pasar. Kota yang populasinya lebih besar cenderung akan membeli lebih banyak daripada kota yang populasinya kecil.
3. Harga dan ketersediaan produk-produk yang berkaitan. Salah satunya yang penting adalah produk substitusi. Misalnya saja, permintaan akan mobil berukuran sedang akan rendah apabila harga mobil berukuran kecil murah.
4. Selera. Berbagai perbedaan sejarah dan budaya akan mempengaruhi selera konsumen. Produk tertentu mungkin laku di suatu wilayah, namun tidak di wilayah lainnya. Misalnya saja, daging kerbau tidak akan laku di India karena tabu untuk dikonsumsi (kerbau adalah binatang yang mulia di India). Perbedaan ini juga dapat berupa kebutuhan psikologi tertentu, pakaian dan makanan khas daerah, rokok, mobil mewah, dan lain sebagainya.
5. Pengaruh-pengaruh khusus. Misalnya saja, permintaan produk baju renang menjelang musim panas, payung menjelang musim hujan, dan transportasi publik ketika harga parkir/bensin sangat mahal.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kurva penawaran, yaitu :
1. Teknologi. Teknologi berkaitan erat dengan biaya produksi. Perkembangan teknologi cenderung menurunkan biaya produksi. Semakin rendah biaya produksi atas suatu produk, semakin banyak jumlah yang diproduksi/dijual.
2. Harga input. Harga input seperti tenaga kerja, mesin, dan material juga sangat mempengaruhi biaya produksi. Semakin rendah harganya, semakin banyak kuantitas yang bersedia diproduksi.
3. Harga produk-produk yang berkaitan. Ini terutama berlaku untuk output substitusi yang diproduksi oleh satu perusahaan. Misalnya perusahaan motor memproduksi model A dan B. Jika model A lebih laku dan/atau harganya naik, maka kapasitas untuk memproduksi model B akan dialihkan untuk menambah produksi model A.
4. Kebijakan pemerintah. Kebijakan seperti pajak, teknologi yang boleh/tidak boleh digunakan, lingkungan hidup, harga listrik, upah minimum, dan lain-lainnya akan mempengaruhi biaya produksi, dan pada akhirnya mempengaruhi kuantitas yang bersedia diproduksi.
5. Pengaruh-pengaruh khusus. Misalnya cuaca mempengaruhi produksi pertanian, dorongan yang tinggi akan inovasi menghasilkan produk inovatif, dsb.